Jangan pernah Sebut Raja yang Terakhir...

in #story6 years ago (edited)

Malam kemarin di bumi Iskandar Muda kembali bersemayam jasad ahli waris singgasana Kerajaan Aceh. Ya, Rabu 6 Mei 2018, jasad kaku Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah, dikubur. Yang Amat Mulia Putroe Safiatuddin adalah Sulthanah Aceh?


Image Source

Foto koleksi keluarga almarhumah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam.

Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah adalah Raja Aceh ke 43 (1878-1939). Jadi Putroe Safiatuddin itu cucu Sulthan Aceh yang ke-43. Ia meninggal di rumah anaknya di Mataram, Lombok, NTB pada 6 Juni 2018, Pukul 06.45 WITA. Ia dimakamkan disamping makam ayahnya Tuanku Raja Ibrahim di pemakaman raja-raja Aceh di Baperis Banda Aceh. Kawasan ini dikenal dengan lakab Kandang Meueh.

Prosesi pemakaman berlangsung biasa. Saya tidak melihat ada sesuatu yang berbeda dalam tata cara pemakaman kaum bangsawan kerajaan. Hanya saja, 20 meter sebelum peti jenazah mencapai liang lahat, kain kuning panjang ratusan meter memayungi hingga ke liang lahat. Kain serupa juga terlihat melilit leher puluhan keluarga dekat Sultanah Putroe.

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.04.04.jpeg

Iringan peti jenazah dipayungi kain kuning

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.04.30.jpeg

Kain kuning menjadi simbol kerajaan

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.03.34.jpeg

Setiap keluarga dekat memakai kain kuning di leher masing-masing.

Pocut Meurah Neneng Mahmidatul Hasanah, putri bungsu Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam, yang selama ini menetap di Nusa Tenggara Barat mengatakan, ibundannya meninggal dunia pada usia 86 tahun di salah satu rumah sakit di Mataram, Almarmumah meninggalkan tiga anak perempuan dan satu laki-laki.

"Sebelum meninggal beliau sehat. Pada Selasa malam, (beliau) mengeluh pusing dan lemas sehingga kami bawa ke RSU untuk mendapat perawatan. Namun tadi pagi sekitar pukul 06.00 Wita meninggal," kata wanita bangsawan yang akrab dengan panggilan Putroe Neng.

Proses pemulangan jenazah dan pemakaman Sultanah Putroe ditangani seluruhnya oleh Pemerintah Provinsi Aceh. Seperti diketahui, Sultanah Putroe Safiatuddin Cahya Nur selama ini menetap di Mataram, NTB bersama keluarganya. Pada November 2017 lalu, dia diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara di Jakarta untuk menerima plakat dan piagam gelar Pahlawan Nasional atas nama Almarhumah Laksamana Keumalahayati.

Piagam itu diserahkan langsung Presiden Jokowi dalam satu upacara penganugerahan gelar pahlawan di Istana Negara, Jakarta, Kamis 9 November 2017.

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.03.08.jpeg

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menabur bunga saat melepas jenazah Sulthanah Potroe Safiatuddin

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.02.49.jpeg

Pihak militer juga hadir yang diwakili Kepala Staf Kodam Iskandar Muda

Kamis siang, saya kembali bertemu dengan Pocut Meurah Neneng Mahmidatul Hasanah. Saya ditemani salah seorang kerabatnya, Syaukani yang juga steemian di akun @kani77. Selama masa berkabung, untuk sementara dia bermukim di Guest House, komplek Meuligo Gubernur Aceh. Di meunasah kecil dalam komplek itu, belasan kerabat Putroe sedang berembuk. Membahas rencana takdiyah dan samadiyah yang rencananya akan berlangsung selama tiga malam di Masjid Raya Baiturrahman.

"Saya usulkan tiga malam di Masjid Raya. Selanjutnya, bila ada masyarakat yang ingin samadiah, kita terima di kompleks Baperis," usal Tuanku Muhammad dalam rapat internal keluarga besar bangsawan.

WhatsApp Image 2018-06-07 at 23.49.50.jpeg

Keluarga besar menggelar rapat

WhatsApp Image 2018-06-07 at 23.49.51.jpeg

Suasana rapat keluarga besar

Belum selesai rapat, kami berpindah tempat. Di dalam Guest House, Putroe Neng menerima kami. Dalam balutan penutup kepala warna pink dengan busana motif batik, dia terlihat anggun. Aura kelas wanita berdarah biru terpancar dari wajah ayunya. Dia berkulit bersih. Sekilas mirip dengan ibundanya yang sudah dimakamkan disamping sang kakek Tuanku Raja Ibrahim.

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.01.56(3).jpeg

Sebelum bertemu dengan Putroe Neng, saya lebih dulu riset pustaka untuk melihat sislisah keluarga Kerajaan

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.01.56.jpeg

Buku-buku milik perpustakaan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.01.56(1).jpeg

Petugas milik perpustakaan BPNB sedang menelusuri buku yang memuat sejarah trak Kerajaan Aceh

Dalam bincang santai penuh akrab itu, Putroe Neng kurang senang membaca laporan media yang menyebutkan cucu Sulthan Aceh yang terakhir. "Jangan pernah disebut, Raja Aceh yang terakhir. Itu hanya propaganda Belanda saja," sebutnya. "Kakek-kakek kami tidak menyerah pada Belanda. Hingga sekarang keturunan Raja masih ada."

Nah...

WhatsApp Image 2018-06-08 at 00.01.56(2).jpeg

Silsilah Keluarga

WhatsApp Image 2018-06-07 at 23.49.49.jpeg

Saya, Putroe Neng dan Syaukani pemilik akun @kani77



THANKS YOU FOR VISITING MY BLOG

Sort:  

koreksi bacut bang bak kata pewaris, yang beutoi ahli waris, meunye pewaris adalah orang yang mewariskan, sedangkan ahli waris adalah yang menerima warisan, :-)

wah mantap, terima kasih koreksinya yang mencerahkan, tadi sempat ada keraguan memang, hehehe
inilah akibat ingatan sudah berpindah ke laptop, buka kbbi online lelet, take care...

hihihihi sama-sama belajar, bang...

Wah menarik, memang ada Sultan Aceh setelah Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah?

Katanya pihak keluarga tetap mengakui keturunan Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah selanjutnya yang berhak dan cakap adalah sultan bagi mereka, meski secara secara de facto n de jure kerajaan tidak ada lagi, namun pihak keluarga atau istilah sekarang ahli waris tetap mengakui mereka adalah pemilik "kekuasaan" yang sah. Meski negara sudah berbentuk provinsi sekarang ini.., meuah mewakili beh, hehe

This post has received a 3.73 % upvote from @boomerang.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62934.09
ETH 3118.65
USDT 1.00
SBD 3.85