Apakah Tower BTS Pengaruh Terhadap Kesehatan “Tidak”

in #tower6 years ago

bts-di-permukiman-59d5df438a635f4fec4f9b92.jpg

Lhokseumawe_Apakah ada pengaruh Tower telekomunikasi Base Transceiver System (BTS) terhadap kesehatan masyarakat yang ada dibawah atau sekitar tower itu berada, Zulfadli SE salah satu dari Alumni PPLH-IPB Bogor juga ketua LSM Pekerja Dan Lingkungan Kota Lhokseumawe.

Sehingga anggapan orang selama ini yang berpikir bahwa BTS atau Tower itu bermasalah bagi Kesehatan dan tubuh manusia sebenarnya perlu diluruskan, sehingga dengan adanya pembangunan BTS ini, komunikasi semakin lancar, dan tentunya masyarakat untung, Operator pun untung.

Zulfadli SE Menjelaskan bahwa Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (PPLH-IPB), telah melakukan beberapa kajian dan penelitian tentang menara telekomunikasi BTS dan gelombang elektromahnektik.

Dari literature yang saya baca, dan sering kali discusi dengan teman yang pekerjaannya bersentuhan dengan BTS ini seperti devisi NO dan orang-orang SITAC (Site Acquisition), kalau BTS itu radiasinya sangat kecil sekali mempengaruhi kesehatan tubuh manusia, dan radiasi yang ada masih jauh dibawah ambang normal, jadi sebenarnya ketika dari pihak SITAC dan vendor bisa menjelaskan ke penduduk dimana BTS itu akan dibangun bahwa pengaruhnya tidak ada ke tubuh manusia dan kesehatan. Paparnya.

Tower telekomunikasi baik untuk pemancar Gelombang Micro Digital (GMD) maupun untuk BTS (Base Transceiver System) pemancar HP, Untuk GMD biasanya memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 4 sampai 7 Ghz, dimana antara antena pemancar dengan antena penerima berjarak sekitar maksimum 60 Km dan harus LOS (Line Of Side) tidak ada obstackle (penghalang) yang menghalangi antara keduanya, biasanya dengan ketinggian diatas 40 meter dari permukaan tanah. “

Zulkfadli menambahkan berdasar penelitian WHO dan Fakultas Teknik UGM, BTS tidak terdapat radiasi yang membahayakan kesehatan manusia, level batas radiasi yang diperbolehkan menurut standar dikeluarkan WHO yaitu 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk 1.800 MHz.

Sementara itu, standar yang dikeluarkan IEEE C95.1-1991 malah lebih tinggi lagi, yakni 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 bagi perangkat berfrekuensi 1.800 MHz. Umumnya, radiasi yang dihasilkan perangkat digunakan operator seluler tidak saja didaerah Indonesia, tapi juga seluruh dunia, masih jauh dibawah ambang batas standar sehingga relatif aman. Pungkasnya Zul.

Protes dan kekhawatiran masyarakat terhadap dampak radiasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan perangkat telekomunikasi seluler lebih banyak datang dari mereka yang tinggal disekitar tower BTS (base transceiver station). Sejauh ini belum ada satupun keluhan atau kekhawatiran akan dampak radiasi itu yang datang dari para pengguna telefon seluler. Padahal, jika dihitung-hitung, besarnya daya radiasi yang dihasilkan pesawat telepon seluler jauh lebih besar dari pada radiasi tower BTS.

Kata Zulfadli katanya itu memang betul, daya dari frekuensi pesawat handphone sangat kecil, tapi karena jaraknya demikian dekat dengan tubuh kita, dampaknya juga lebih besar.

Pernyataan tersebut didasarkan atas hasil perhitungan menggunakan rumus yang berlaku dalam menghitung besaran radiasi. Misalnya saja, pada tower BTS dengan frekuensi 1800 MHz daya yang digunakan rata-rata 20 watt dan pada frekuensi 900 MHz 40 watt, sedangkan pesawat handphone dengan frekuensi 1.800 MHz menggunakan daya sebesar 1 watt dan yang 900 MHz dayanya 2 watt.

Berdasarkan hasil perhitungan, pada jarak 1 meter (jalur pita pancar utama), tower BTS dengan frekuensi 1.800 MHz mengasilkan total daya radiasi sebesar 9,5 w/m2 dan pada jarak 12 meter akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 w/m2. Untuk kasus tower yang memiliki tinggi 52 meter, berdasarkan hasil perhitungan, akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,029 w/m2. “Jadi, kalau melihat hasil perhitungan demikian, sebenarnya angkanya sangat kecil sehingga orang yang tinggal disekitar tower BTS cukup aman. Lagipula kalau tidak aman, bisnis sektor telekomunikasi pasti akan ditinggalkan konsumen.

Pada Tower juga dilengkapi dengan grounding atau system pentanahan, yang gunanya adalah penangkap petir, dimana kalau terjadi petir maka yang duluan disambar adalah kutub negative yang terdekat dengan awan atau ion positiv, dimana pada puncak tower dipasang finial dari tembaga dan dialirkan ketanah dengan kabel BCC, sehingga aliran petir cepat mencapai tanah dan mengamankan daerah sekitarnya dari sambaran petir, karena sifat dari arus listrik adalah mencari jalan terpendek mencapai tanah, dan hilang dinetralisir oleh bumi.

Zulfadli SE Alumni PPLH-IPB Bogor juga ketua LSM Pekerja Dan Lingkungan Kota Lhokseumawe, Tanyanya apakah ada pengaruh Tower telekomunikasi (BTS) terhadap kesehatan masyarakat yang ada dibawah atau sekitar BTS itu berada ?, jawabnya lagi kepada awak media, “Tidak berbahaya, masih batas standar sehingga relatif aman”.

Harapnya, maka kita tidak dapat menyalahkan masyarakat yang salah kaprah dalam menyikapi tower telekomunikasi, karena memang mereka tidak mengetahui dan tidak mendapatkan informasi yang benar tentang apa dan bagaimana tower serta akibat yang dapat ditimbulkan oleh tower tersebut.

Hal ini dikarenakan pembangunan BTS, namun ada warga yang menolak mereka berpikiran bahwa BTS itu berdampak buruk kepada kesehatan manusia seperti halnya SUTET tegangan tinggi. (Saumi)

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 66367.17
ETH 3007.58
USDT 1.00
SBD 3.71