Perjalanan Ke Pulau Bunta

in #travel6 years ago (edited)

IMG_4802.JPG

Sebelum tulisan ini dibuat, kita sedang dihebohkan dengan kematian Bunta, seekor gajah jinak yang hidup di Consevation Respon Unit (CRU) di desa Bunin, Kecamatan Sebarjadi, Aceh Timur. Bunta mati dengan sangat tragis, kabarnya diracuni lalu dibelah pipinya dan dicuri satu gadingnya. Entah siapa yang tega melakukan ini. Kabarnya, BKSDA akan memberi hadiah 10 juta barang siapa yang bisa menemukan pelaku pembunuhan jahiliyah ini.

Kemudian saya teringat, nama sebuah pulau yang bulan lalu sempat saya kunjugi bersama teman-teman. Saya takut nasib saya akan seperti Bunta, sebelum sempat menulis tentang perjalanan saya bersama teman-teman ke Pulau Bunta.

IMG_4673.JPG

Kami menaiki perahu nelayan pagi itu. Saya rasa cuaca sangat bersahabat, matahari belum muncul, dan langit sedang sendu. Sekitar pukul 08.00 kami berangkat, kami berangkat 15 orang. Saya duduk di belakang, dekat nelayan yang mengemudi. Sebab, belajar dari pengalaman, supaya tidak terkena hempasan ombak, jika ombak nanti besar. Dan ternyata benar, ombak begitu dahsyat, beberapa kali membasahi pakaian kami. Saya yang duduk di belakang juga basah, satu perahu basah terkenan hempasan ombak. Lalu, Sekitar pukul 10.30 kami tiba di Pulau Bunta.

IMG_4690.JPG

IMG_4703.JPG

Pulau kecil itu sudah terlihat di mata kami. Tak ada yang menyambut kami di sana. Hanya dermaga yang tinggi dari perahu kami yang menyambut. Sehingga kami harus mengakali sendiri bagaimana bisa naik ke dermaga itu. Alhasil, dengan papan kami naik ke dermaga itu. Sejenak, kami beristirahat di hadapan gapura pulau ini. Masih belum ada yang menyapa kami.

Dua puluh menit kami duduk di sana. Hingga ada seorang bapak-bapak lewat, lalu menyapa kami. Belakangan saya mengatahui namanya setelah dikenalkan oleh ketua tim kami, Pak Ariadi namanya.

IMG_4761.JPG

Setelah itu, kami melanjutkan berkeliling Pulau Bunta, atau lebih tapatnya hiking menuju ujung barat Pulau Bunta. Ada sebuah navigasi di sana. Euhh, di sana anginnya sangat kencang. Perlahan-lahan kami mendaki. Di perjalanan saya melihat beberapa rumah panggung yang tak terurus. Ya, memang, dalam keadaan hutan seperti ini, kita harus memakai sistem panggung, meghindari dari hewan buas. Kabarnya, di sini hanya ada babi.

Kami tiba ke Navigasi itu denga keadaan lelah. Ada yang langsung berisitirahat, ada juga yang langsung menuju tower navigasi itu, termasuk saya. Angin begitu kencang, dan dari segala arah. Membuat kami melayang-layang. Kemudian, kami disambut hangat oleh Pak Ariadi yang sudah tiba duluan. Kami disubuhi dengan kopi hangat.

Sembari menikmati kopi, pak Ariadi bercerita pada kami tentang banyak hal tentang pulau ini. Yang paling saya ingat adalah tentang nyamuk di sini, banyak tapi tak mengingit. Saya tak percaya, berkali-kali saya tanyakan ulang. Beliau tetap pada keyakinan. Lantas saya, harus percaya sebab beliau adalah penghuni pulau ini. "Sepertinya harus ada kajian ilmiah tentang ini," lanjutnya. Saya hanya tersenyum.

"Di sini tak ada monyet jadi pohon kelapa aman-aman saja," ujarnya. Iya, pohon kelapa di sini tumbuh dengan leluasa. Bagiamana pula monyet bisa ada di sini, kalau bukan ada yang membawanya.

"Pak bagaimana sinyal di sini?," tanyaku karena penasaran bagaimana beliau berkomunikasi. "Kalau sinyal telkomsel di dermag kuat, di sini kadang-kadang hilang," jawabnya. Telkomsel aja hilang-hilang bagaimana dengan jairngan yang lain. Uhhh...bagaimana LDR-an di pulau ini. Susah!

IMG_4844.JPG

Setelah berjam-jam duduk di sana. Kami memustukan untuk turun ke dermaga untuk mandi di pantai pulau ini. Pak Ariadi mengantar kami, meskipun kami melarang, beliau juga tetap mengantar kami. Saya bersama beliau , sepanjnag perjalanan kami berbincang-bincang. Tiba-tiba ada yang menelpon beliau, katanya teman beliau. Namun, sinyal putus-putus. Segera beliau berlari sedikit ke puncak untuk mencari sinyal. Alhasil, beliau bisa berkomunikasi dengan temannya.

Setelah beliau mengantar kami. Kami melanjutkan makan siang dengan lauk yang telah kami siapkan sebelum kami pergi. Lalu kami menikmati indahnya pantai Pulau ini.

Sore telah tiba, sementar lagi senja akan hadir. Kami pun harus meninggalkan pulau ini. Ketika senja merekah perahu kami meninggalkan Pulau Bunta.

Sekian, semoga bermanfaat @adzilikram

DQmVhGBDnnVQ5G4WvZ7NRXFfbWBes4WwMjnnhYseHDGxHA2 (1).png

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64420.25
ETH 3150.23
USDT 1.00
SBD 3.99