Cerita Mini dari Pulau Palambak

in #travel5 years ago

image

Fajar tetap terbit meskipun tak selalu terik. Pagi kembali. Dari dalam kamar penginapan, suara deru hujan terdengar jelas. Saya bangun jilid II, tepat pukul 07:00. Di samping ranjang, teman yang sekamar juga sudah bangun. Kepadanya saya berujar: "Mandilah duluan, kita gerak cepat pagi ini".

Ia menyanggupi, langsung mengambil handuk dan bergegas menguyur tubuh di tengah gigil pagi yang aduhai. AC, hujan di luar sana, sudah cukup untuk menambah dinginnya pagi di Pulau Balai. Pagi itu, bersama teman-teman kami akan mengunjungi Pulau Palambak.

Setelah teman beres, saya pun membereskan diri. Setelah segalanya selesai, kami mampir di warung dua selang dari penginapan. Ibu warung itu, telah mempersiapkan sarapan pagi kami dengan cara menghidangkan. Ada sayur bening, ikan sambal, dan beberapa ikan goreng kecil. Saya mengambil secukupnya.

image

Sarapan sederhana pagi itu sudah cukup membuat kami merasa lebih bertenaga. Dengan semangat tak biasa. Di luar, hujan masih deras, tidak ada tanda-tanda akan berhenti. Saya duduk berdiskusi dengan orang tuanya si pemandu. Ada banyak cerita darinya yang kapan-kapan akan saya ceritakan.

Tak lama, hujan menunjukkan penurunan intensitas. Tidak lagi deras. Kami langsung bergegas menuju dermaga dan sudah ditunggu boat kecil sebagai transportasi ke tujuan. Treet.. treet.. drum.. truup.. suara mesin boat merk Yamaha berderu. Kami berangkat meninggalkan dermaga. Sepanjang perjalanan, hujan yang tetap turun menyuguhkan sensasi tersendiri.

Hening, tapi syahdu. Ada romantisme antara boat, bentangan laus luas, dengan pandangan yang tiba-tiba men-zoom-out daratan Pulau Balai. Burung camar, satu dua bertengger di patahan kayu terbawa arus. Pun ada, yang bertengger hanya di bekas botol air mineral.

image

Kurang lebih 25 menit waktu yang dihabiskan dari Pulau Balai ke Pulau Palambak, Aceh Singkil. Tiba di sana, mata yang mulanya agak mengantuk langsung segar. Air yang jernih dengan terumbu karang yang bisa dipandang mampu memikat mata. Pun, pasir yang lembut dengan putihnya terus menggoda. Yang berbeda adalah, tulisan dengan huruf besar The Center Poin: Pulau Palambak.

Tulisan itu menjadi pembeda pulau ini dengan yang lain. Dari itu kita bisa menangkap bahwa sudah ada sentuhan pemerintah dalam menggarap pariwisata. Sekalipun tulisan, tapi cukup mampu menjadi Land Mark. Tempat orang-orang mengabadikan momen. Efeknya, saat foto itu diposting para pengunjung, makin menambah daya penasaran dan dapat menarik minta para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Pulau Palambak hanya dihuni satu keluarga yang mengelola tempat tersebut. Ada kantin di sana. Setelah mengabadikan momen di spot-spot area tersebut, kami ngopi bersama, dengan kacang kulit sebagai cemilan. Menikmati kopi di Pulau Palambak dengan suguhan pemandangan indah membuat pikiran terasa begitu plong.

image

Lalu, saya melihat insfratruktur kepariwisataan di Pulau Palambak, yang relatif memadai. Ada penginapan, ada mushalla pun kamar mandi umum. Sayangnya, agak sedikit kurang terawat. Terlihat debu banyak di dalam mushalla pun bagian keramik di WC yang agak kotor. Tampaknya, kedua tempat itu jarang digunakan.

Setelah puas menikmati Pulau Palambak, kami berangkat. Dalam perjalanan, pemandu bercerita bahwa tanah di Pulau Palambak dijual. Saya kemudian memastikan, dijual hak pakai atau hak milik. Ia mengatakan hak milik. Masih luas tempat yang bisa untuk dijadikan resort di bibir pantai pulau ini. Harganya berkisar 2,5 juta per meternya.

Kami pun bergegas meninggalkan Pulau Palambak. Dalam diskusi jenaka, definisi Palambak diartikan serampangan oleh kami sembari bercanda. Ada yang bilang, pulau ini adalah pulau lelucon. Menginggat, salah seorang pelawak senior Aceh bernama Apa Lambak. Pun, ada yang nyeletuk; Palambak artinya kepala ombak. Kata dibagi dua; pala (kepala) dan mbak (ombak). Ada-ada saja.

image

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64605.91
ETH 3159.61
USDT 1.00
SBD 4.11