Membiarkan Orang yang Baru Kau Kenal Memainkan Pisau Dilehermu

in #writing6 years ago (edited)

Sejak hari Minggu kemarin aku berencana memangkas rambut. Karena beberapa hal lain, niat tersebut urung terlaksana. Sejak sore tadi aku ingin merealisasikan rencana itu pada malam ini. Ba'da magrib tadi aku sudah keluar rumah menuju tempat langgananku memangkas. Tapi ia tak buka, aku tak tau pasti alasannya. Sering seperti itu memang. Kadang ia memangkas beberapa hari saja, lalu keluyuran beberapa waktu hingga isi dompetnya menipis baru ia bekerja lagi. Bisa jadi kebiasaan ini alasan tutup malam ini, bisa juga bukan.


image
Source


Karena memang sudah niat, aku menuju ketempat dimana aku dulu biasa pangkas rambut, sebelum pindah kontrakan. Sialnya, ia juga tutup. Pikirku, ini baru selesai salat magrib, mungkin mereka masih berdiam diri di mesjid ataupun sedang menikmati makan malam. Aku memutuskan menunggu sejenak. Habis dua batang rokok kutunggu, tak ada tanda-tanda akan buka. Kemudian aku bertanya pada pemilik ruko disebelahnya, memastikan apakah memang mereka tak buka seharian ini. Ternyata benar, sejak seharian ini mereka tak membuka tempat usahanya.

Ada apa ini, apakah hari ini merupakan hari tukang pangkas sedunia; sehingga dua tempat langgananku tidak membuka usahanya. Tapi sungguh tak mungkin, beberapa tukang pangkas lain masih buka. Lagian aku tak melihat ada angka merah atau warna lain selain hitam dalam almanak hari ini. Sungguh tak beruntung malam ini pikirku. Sebenarnya masih ada satu lagi tempat langganan pangkas di seputaran tempat kerjaku. Namun untuk kembali kesana agak lumayan jauh jaraknya. Bisa saja, setelah aku jauh-jauh kesana, mereka tutup pula seperti dua laggananku itu. Sehingga aku membatalkan opsi tersebut.


image
Source


Pilihan selanjutnya yang terfikirkan yaitu mencari tukang pangkas lain yang sudah pasti orang baru kukenal. Selalu mendebarkan saat memilih orang baru. Aku tak terlalu ambil pusing soal hasil pangkas yang kurang rapi atau tak sesuai kehendak. Sudah beberapa kali juga begitu, sehingga aku harus mempretelinya sendiri ketika sampai dirumah. Sama sekali bukan masalah itu. Tapi pada memberikan kepercayaan kepada orang baru untuk memainkan pisau yang sangat tajam di "urat-urat kematian" yang ada di lehermu.

Tentu perasaan itu tak akan dialami oleh mereka-mereka yang tak memiliki sehelai-pun bulu di dagu dan sebagian lehernya. Tapi bagiku yang memiliki berhelai-helai bulu di pipi bagian belakang hingga leher itu, sungguh ini pilihan menegangkan. Kadang pernah terlintas dibenak, bagaimana jika kondisi kejiwaan orang tersebut sedang kurang baik. Atau jika tadi ia baru bertengkar hebat dengan pasangannya, dan kemarahannya muncul mendadak saat ia sedang mencukur bulu-bulu di lehermu. Sungguh itu bukan kondisi yang baik.

Karena memang sudah niat dan agak sedikit risih, aku membulatkan tekad harus pangkas malam ini. aku memilih tempat pangkas yang hanya berselang 5 ruko dengan tempat langganan ku yang tutup tadi. Ada dua orang yang sedang bekerja. Mereka begitu ramah menyapaku. Setelah basa-basi denganku, mereka lanjut bekerja. Aku memerhatikan lekat-lekat mereka bekerja, terutama saat ia mulai memegang pisau cukur. Mereka masih sangat muda-muda, usia anak kuliahan tebakanku. Salah satu diantaranya memulai pembicaraan denganku. Mulai bertanya domisili dan pekerjaanku. Aku menjawab sekedarnya sambil terus memerhatikan mereka bekerja.


image
Source


Tibalah giliranku. Aku menuju kursi pangkas, sementara ia masih membereskan perkakas sambil ngobrol denganku. Dan benar saja, mereka anak kuliahan. Orang baru yang akan memangkas rambutku adalah anak Sinabang yang tujuan utama ke Banda Aceh untuk kuliah disalah satu kampus di Darussalam. Dua tahun ia telah di Banda Aceh untuk tujuan itu. Namun ia baru mengambil nonaktif kuliah disemester ini karena untuk menutupi kebutuhannya. Ditempat pangkas ini ia baru seminggu. Namun pekerjaan sebagai tukang pangkas telah ia geluti sejak kelas satu SMU.

Dia terus bercerita, dengan tetap memakai masker tentunya. Obrolannya sangat asik. Dari cerita kampung halamannya kemudian cerita saat ia pertama tiba di Banda Aceh hingga pada mengambil pilihan menunda sejenak studinya untuk bekerja. Walau terus mengoceh, aku sangat nyaman dibuatnya. Tanpa sedikitpun rasa was-was, saat orang yang baru saja kukenal memainkan pisaunya yang sagat tajam dileherku. Tak seperti pengalaman-pengalamanku dengan tukang pangkas baru kukenal sebelumnya. Begitu sopan; tetap ramah hingga ia menuntaskan pekerjaannya dan aku pun pamit pulang. Tentu setelah memberikan yang menjadi haknya atas pelayanan terbaik menurutku.

Sort:  

If you reply "nice" in the comment, Why did you downvote my post @mamunb?

Congratulations @harock! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64058.80
ETH 3150.15
USDT 1.00
SBD 3.99