Abidah el Khalieqy: "Menulis untuk Keabadian"

Ada banyak motivasi yang saya temukan hari ini di diskusi singkat bersama Ibu Abidah el-Khalieqy, salah seorang sastrawati/novelis kisah-kisah sejarah hebat Indonesia. Sudah banyak novel yang beliau tulis dan diterbitkan, bahkan beberapanya menjadi best seller dan diangkat menjadi film layar lebar.

Novelnya memang belum saya baca, akan tetapi film yang mengadopsi cerita yang beliau tuliskan, sudah saya tonton dan benar-benar memikat saya. Ternyata, beliaulah penulis novel "Perempuan Berkalung Sorban", yang bahkan filmnya pun menjadi best seller Indonesia dan meraih penghargaan bergengsi dalam ajang perfilman Indonesia. Sungguh luar biasa.

Dan ada beberapa karya beliau lainnya seperti Kartini, Nirzona (yang bahkan tembus ke Amazona Publishing, perusahaan penerbitan besar dunia di USA), Mahabbah Rindu, Akulah Istri Teroris, Mimpi Anak Pulau, Pulang Tanpa Alamat, dsb.

Di kegiatan workshop penulisan puisi dan novel sejarah ini, ada banyak penulis pemula yang hadir. Saya rasa, kegiatan bernuansa literasi ini sangat penting diikuti penulis pemula, seperti saya, agar dapat termotivasi. Seperti motivasi dan pencerahan tentang dunia penulisan yang diberikan oleh ibu Abidah ini.

Berbicara tentang menulis, berkali-kali saya mengikuti forum seminar/workshop yang menghadirkan para penulis hebat, ada poin utama yang selalu saja sama ditekankan oleh mereka. Sehingga dari sini saya dapat mengambil suatu kesimpulan yang sama pula mengenai cara seorang penulis berpikir.

"Menulislah, maka engkau akan abadi." (Abidah el Khalieqy)

Begitulah kebanyakan penulis-penulis hebat berargumentasi. Menulis, adalah cara untuk membentuk keabadian. Melalui tulisan, penulis akan menentukan sejarah. Ilmu bermanfaat yang disampaikan melalui tulisannya, akan menjadi abadi. Bahkan bukan hanya di dunia, tetapi hingga ke akhirat kelak. Sebagai amal jariyah bagi seorang penulis itu.

Sejarah akan ditentukan oleh penulis, sehingga menginspirasi masyarakatnya. Inilah alasan mengapa melalui tulisan dapat memberikan keabadian bagi penulisnya. Kisah dan ilmu bermanfaat yang dituliskan, akan menjadi catatan sejarah bagi pembacanya. Yang akan terus tercatat, diingat dalam pikiran masyarakat.

Bahkan di dalam agama pun, menulis menjadi salah satu cara untuk menjadi seorang muslim yang utuh. Yaitu ketika seorang muslim mepunyai kewajiban untuk dapat menyampaikan, maka lewat tulisanlah kewajiban itu dapat dijalankan. Jika kita tidak mampu mengujar dengan lisan.

Untuk menghasilkan karya tulis, memang banyak tantangan yang dihadapi penulis. Salah satunya adalah mendapatkan pembaca dan penghargaan atas tulisannya itu.

Tapi percayalah, bahwa tulisan bermanfaat yang kita tuliskan itu memiliki kakinya sendiri untuk menemukan pembacanya

Meskipun berkali-kali tulisan kita ditolak, tidak dihargai, tidak diminati, bahkan mungkin minim yang membacanya. Jangan khawatir, suatu ketika pasti ada kelompok pembaca yang menghargai tulisan-tulisan kita itu.

Suatu karya akan membela dirinya sendiri.

Ketika kita khawatir bahwa apa yang kita tuliskan itu akan dijatuhkan orang lain, dihambat, ditutup-tutupi karena berbagai alasan dan kepentingan. Yang harus dilakukan oleh seorang penulis adalah tetap menjaga keorisinalitasan data dan tulisan kita. Jangan pernah membuang atau menyingkirkan naskah asli tulisan kita. Karena bagaimana pun, naskah asli yang kita tuliskan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai suatu catatan sejarah bagi kita dan pembacanya kelak.

Sebegitu pentingnya menulis.
Dan harusnya, sebagai penulis pemula kita tetap bersemangat dan terus berjuang untuk setia pada dunia yang telah kita pilih. Sebagai pilihan kita. Tanamkan dalam hati, bahwa akan ada reward yang sangat bermanfaat bagi kita kelak jika kita mampu setia dan menjalankan sepenuh hati dunia penulisan yang kita tempuh ini. Reward yang nilainya tidak hanya terhitung di dunia, namun hingga di akhirat nanti.

Menulis, menulis, dan menulis!

---