You are viewing a single comment's thread from:

RE: Tulisan Dan Tanggung Jawab Penulis : Bukan Artikel Ilmiah 😱😰😨

in #steemit6 years ago

Selalu saja menemukan sesuatu yang menarik dalam postingan rakan @aneukpineung78.
Saya pribadi kurang berselara untuk menanggapi, tapi ujung jari rasanya gatal juga untuk sekedar meninggalkan bekas.

Entah ini keresahan rakan @aneukpineung atau luapan kekecewaannya, saya pribadi juga menemukan sangat banyak fenomena seperti yang rakan ceritakan.

Seorang ahli kimia menulis artikel tentang cara melaut yang baik dan benar, dan berbagai post lainnya yang kalau kita lihat sangat tidak nyambung dengan skil asli dia.
Mungkin si empunya artikel menganggap bahwa ini adalah tempat menulis yang bebas untuk mengekspresikan berbagai hal, jadi segala etika (yang sebenarnya tidak tertulis) terabaikan.
Saya juga tidak berani berkomentar; "mengapa tidak menulis sesuai bidang masing-masing, sehingga menghasilkan artikel yang memang sangat bermutu".
Sekali lagi, mungkin anggapan bahwa steemit membebaskan kita menulis apapun yang menyebankan hal tersebut menjamur.

Jujur saja, hal ini mengingatkan diri saya pribadi. Saya dengan pongah berani memposting sejarah para filsuf, walaupun baru beberapa tulisan. Padahal saya hanya seorang tamatan SMA yang pengetahuan sejarahnya tentu sangat terbatas.
Walaupun saya akui kalau saya sangat menyukai puisi dan prosa berbentuk filsafat. Saya juga sangat mengagumi para filsuf Islam, walaupun mungkin itu juga karena kecintaan saya pada puisi filsafat Islam, bukan karena kealiman saya.

Maaf sudah sedikit mengoceh @aneukpineung78

Sort:  

@lamkote yang baik, saya harap tidak tersinggung dengan tulisan saya ini, saya sendiri juga menulis banyak artikel di luar bidang kepakaran saya tetapi saya selalu mncoba bertanggung jawab dengan menyertakan sumber-sumber, sehingga pembaca bisa berkesempatan mengecek keabsahan artikel saya.

Untuk mengerti pandangan saya yang lebih menyeluruh terhadap orang yang menulis di luar bidangnya, silahkan baca tulisan saya ini.

Tetapi fokus artikel ini sebenarnya bukan itu, ya tidak? Tapi itu bukan berarti saya menutup pintu untuk mendiskusikan hal itu.

Terimakasih, @lamkote, saya sangat menghargai tanggapannya.

Sama sekali tidak tersinggung. Saya sendiri lebih suka melihat sesuatu berjalan pada jalurnya.
Post rakan @aneukpineung78 bisa menjadi cermin, kalau sebenarnya kita bisa lebih baik bila mengutarakan sesuatu yang memang kita kuasai.
Dulu postingan saya bersifat acak, tapi seiring waktu saya usahakan memposting sesuati yang saya sukai, yaitu puisi filsafat, walaupun saya bukan ahlinya. Diselingi dengan post para filsuf seperti request rakan.
Saya menikmati benerapa postingan yang saya buat terakhir kali. Seperti menemukan jalan yang pernah saya abaikan sekian lama.
Saya suka membaca postingan rakan karena kritis, bukan karena embel-embel pujian.

Dulu postingan saya bersifat acak, tapi seiring waktu saya usahakan memposting sesuati yang saya sukai, yaitu puisi filsafat, walaupun saya bukan ahlinya. Diselingi dengan post para filsuf seperti request rakan.

Lama kelamaan juga nanti bisa jadi ahlinya. Kita belajar berdiri dengan berkali-kali terjatuh.

Saya menikmati benerapa postingan yang saya buat terakhir kali. Seperti menemukan jalan yang pernah saya abaikan sekian lama.

Saya pribadi menganggap menulis sebagai upaya membebaskan diri, dan karenanya, sebisa mungkin saya harus melakukannya dengan sungguh-sungguh dan harus selalu siap untuk mempertanggungjawabkannya. Saya senang jika @lamkote juga mulai mencintai apa yang dikerjakan, itu sebuah kemajuan.

Saya suka membaca postingan rakan karena kritis, bukan karena embel-embel pujian.

Ah. Ini juga pujian. Tapi agak nyamar. 😁😀

hahahahahahha.
Dulu saya punya buku antologi puisi sebanyak 5 buku, karangan sendiri. Kira-kira total 600 halaman lebih, sayang buku itu tertinggal waktu saya merantau.
Saya berencana membuat antologi puisi baru, semoga bisa tercapai, mengingat umur yang hampi kepala empat

Itu buku-buku yang total 600 hglaman itu formatnya apa? Tulis tangan atau cetak? Kasian sekali itu hilang. Banyak sekali pasti puisis di dalamnya. Itu bicara apa saja? Romans? Reliji? Cerita dooonk. Hehe.

Jangan ingat-ingat umur kalau mau berkarya. Hehe. Terus berkarya saja. Persoalan umur, serahkan YDA1.

1YDA, Yang Di Atas.

Semuanya tulis tangan dan saya tulis dengan huruf sambung gaya jaman dulu. Isinya romance, religi (sufismu naqshabandi) dan beberapa prosa satire.

Ketika ku ketuk pintu itu, aku bertanya kepada hatiku; kemana Dia yang kucinta.
Kalbu ku diam tak menjawab sampai kutanya berulang kali. Lantas dia bergumam; Adakah Aku dalam diri-Ku sehingga engkau begitu risau dengan keangungan-Ku

Ini sepenggal dari puisi religi yang berjudul Diantara Bromocorah dan Kekasih, saya buat tahun 1996. Masih saya hafal dan rencananya akan saya posting juga.

Wah. Pasti ada sejarah yang sangat berharga yang menjadi asbabun nuzul kelahiran puisi ini. Sampai teringat setelah 20 tahun kemudian. Hehe. Cerita dikitt lah tentang sejarah yang melatarbelakangi lahirnya puisi ini.

Saran, kalau bisa di postingan jga ceritaka latar belakang puisi yanh diunggah. Saya pikir itu akan menarik juga.

Ya. Puisi ini satu2 puisi yang saya buat setelah selesai shalat tahajud. Karena biasanya saya buat puisi kapan saja ada waktu.
Khusus yang ini bisa dikatakan puisi pertama saya yang menyentuh spiritual dalam thariqat naqshabandiah.

Di kontes komentar punya @razack-pulo kemarin saya bilang kalau motivasi saya di steemit adalah menulis, maksudnya ya ini. Kalau untuk penghasilan, Alhamdulillah saya punya penghasilan tetap sebagai PNS dan punya job sampingan.
Membuat puisi memang hobi saya sejak remaja.
Maaf sudah curhat @anuekpineung78

Saya tidak peernah mengeerti puisi. Mungkin memang tidak punya jiwa pujangga. Hehe. Tidak masalah kalau curhat, lagian itu sepwrtinya bukan curhat. Haha.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63924.41
ETH 3120.23
USDT 1.00
SBD 3.88