Kritis Yang Elegan : Bagaimana?

in #indonesia6 years ago (edited)

A. Intro


Sebenarnya, saya telah menghabiskan sekian banyak sesi berpikir dan menimbang-nimbang apakah saya sebaiknya mengunggah artikel ini atau tidak. Setelah menimbang-nimbang beberapa aspek, saya pikir tidak ada yang salah dengan apa yang saya tulis ini secara etika normatif ataupun kaedah penulisan, terutama di Steemit ini di mana kita wajib menjaga etika setinggi-tingginya, bahkan dalam beberapa kasus harus lebih tinggi daripada kehidupan di dunia offline. Siapa sih yang tidak akan keder kalau seseorang dengan reputasi tinggi dan kepala yang lebih besar dari helm terbesar tiba-tiba marah kepadamu? Malunya, na'uzubillah, ya? Takut? Pasti! Bisa terkencing di celana kalau itu terjadi. Hehe.

Maka dari itu, jagalah hati orang-orang besar berkepala amat sangat besar itu lebih hati-hati daripada menjaga hati pacar-pacarmu, atau orang tuamu, bahkan. Penting! Sebab, kamu akui atau tidak, selama kamu di Steemit ini, rejekimu sedikit banyak tergantung dari bagaimana kamu menjaga suasana hati orang-orang besar yang kepalanya besarnya na'udzubillahiminjaliq itu. Hehe. Tetapi saya sendiri sampai saat ini belum pernah bertemu dengan orang-orang type begitu. Banyaknya justru orang-orang kecil yang merasa kebesaran. Benar! Mungkin termasuk saya di dalamnya.

Tetap rendah hati setinggi apapun berdirimu.

image
Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 4.0 Internasional (CC BY-NC-ND 4.0))

B. Curhatan Picisan Nan Lebay


Jadi gini, beberapa waktu lalu saat saya merenangi samudera Steemit yang penuh gejolak riak gelombang ini, saya terseret arus ke sebuah artikel yang menurut saya menarik, yakni artikel bang @arie.steem di tautan ini. Saya membaca artikel tersebut, mencoba memahami isinya, menarik kesimpulan-kesimpulan semampu saya. Hal-hal yang memang standar saya lakukan saat menjumpai artikel yang menarik baik itu di Steemit atau di Kompasiana bahkan Kaskus, juga Blogspot dan Wordpress, dan sebagainya.

Saya selalu menganggap komentar yang dilayangkan kepada sebuah artikel atau komentar lainnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari artikel itu sendiri. Ibarat sebuah konser musik, penonton adalah bagian dari konser itu sendiri, apa jadinya kalau group band SlanK misalnya teriak-teriak di atas panggung di Lapangan Soedirman di Lhokseumawe tanpa ada yang ikut bernyanyi?

Nah. Begitulah. Saya selalu menyempatkan untuk membaca komentar-komentar setelah membaca artikel. Kadang kala di dalam komentar kita bisa menemukan pengetahuan-pengetahuan atau informasi penunjang yang sangat berharga sebagaimana beberapa kali saya lihat terjadi dalam postingan-postingan whale di mana komentar-komentar seringkali malah lebih panjang dari artikelnya. Tetapi menurut saya, ini bukan tentang panjangnya, tapi tentang layak tidak komentar sepanjang itu ditempel di sana, tapi ini kembali sangat erat ditentukan oleh selera si empunya artikel. Dan selera, erat sekali hubungannya dengan ukuran kepala. Hehe.

Jadi, ya, saya menemukan hampir semua komentar di sana menarik. Dan beberapa di antaranya saya hargai dengan melakukan upvote sebagai wujud apresiasi saya, meskipun nilai yang saya berikan itu sedikit sekali dikarenakan stamina voting saya yang telah melemah sampai di bawah 30% pada saat itu. Untuk beberapa komentar yang lebih menarik, selain saya vote juga saya merespons dengan komentar. Ada satu komentar yang menarik sekali bagi saya dan saya mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji argumen di dalam komentar itu dan sedikit banyak agar saya bisa lebih memahami arah komentar beliau, dan dengannya saya bermaksud membangun sebuah komunikasi yang berguna, mungkin malah bisa jadi teman baik, hitung-hitung nambah saudara. Hehe. Komentar tersebut dibuat oleh bang @muktaridha.

Tak lama, saya mendapat notifikasi melalui SteemAlertBot1 di Telegram bahwa komentar saya telah dibalas. Ya, si empunya komentar, bang @muktaridha telah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang menghadirkan kesimpulan kepada saya bahwa kami memiliki pandangan yang secara umum tidak berbeda. Kembali lagi kami berbalas komentar yang saya rasa sudah menjadi cair dan 'nikmat'. Tetapi yang menarik, komentar beliau itu diakhiri dengan satu kalimat terpisah yang dicetak lumayan besar, seolah-olah sangat berniat sekali untuk berteriak ke telinga saya, berbunyi, "tetap semangat di steemit, kritis itu bagus asal tetap dengan elegan," padahal dibisikkan pun saya masih bisa mendengar. Hehe.

Saya tetap bersikap seperrti biasa dalam menghadapi suatu diskusi: meresspon kepada poin-poin lawan bicara sebisa mungkin mengikuti urutan-urutan isi kalimatnya. Dan diakhir respons saya bertanya, "Tapi saya agak bingung dengan kalimat terakhir itu, kritis dan elegan, apakah ini berkaitan dengan salah satu komen saya di sini atau di tempat lain? TErimakasih." Saya tidak menolak bahwa saya memang bisa dibilang kritis atau suka membantah jika menemukan sesuatu yang saya pikir tidak benar, atau bertanya jika tidak memahami sesuatu sepenuhnya, tapi kalau disebut bahwa saya mengkritik status bang @arie.steem itu, sepertinya dia tidak memahami atau bahkan tidak membaca komentar saya di sana, kungkin beliau neg melihat panjangnya komentar saya. Dan saya juga suka jika dibantah dan dikoreksi ketika saya melakukan kesalahan, dan dipertanyakan sikap saya jika seseorang merasa aneh atau tidak nyaman, tetapi harus ditunjukkan ke saya salahnya apa dan dimana. Hehe.

Berikut "dokumentasi" percakapan yang saya maksudkan. Silahkasn klik untuk melihat lebih besar.

Lalu, saya menunggu, menunggu, dan menunggu, SteemAlertBot tak lagi mengabari apa-apa perkembangan tentang hal itu. Selaku orang yang dituduh tidak elegan dalam melakukan kritik, tentu saja saya ingin ditunjukkan ketidak-eleganan saya itu dalam kritik yanh dimaksudnya itu, di sana tentu saya bisa belajar sesuatu. Selaku orang yang menuduh orang lain tidak elegan, seharusnya bisa bersikap elegan dengan bertanggung-jawab atas tuduhannya. Bungkam saat diminta konfirmasi, apakah itu sebentuk sikap elegan? Kalau iya, maka saya benar-benar bingung, mungkin di kolam Steemit ini orang memang bisa hilang kewarasannya, mungkin terlalu berat kena angin dan pukulan gelombang fluktuasi nilai Steem atau SBD. Haha. Padahal, seharusnya orang-orang bersenang-senang di Steemit, bukan malah tegang-tegang urat saraf.

Atau mungkin bang @muktaridha memutuskan untuk menghentikan diskusi di sana karena bang @arie.steem berkomentar, "yang sudah biarkan saja ,,,, lagian ini saya juga tidak merasa terganggu dengan hal ini ,,, anda bisa tuh buat post baru mengenai hal ini :)". Saya bukan hendak mencari musuh di sini dengan membuat artikel ini, tetapi saya juga bukan orang yang bisa hidup dengan membiarkan masalah-masalah berlalu tanpa saya melakukan sesuatu terhadapnya. Jadi, ya, artikel ini saya buat untuk memberi ruang kepada bang @muktaridha membela tuduhannya terhadap saya, dan dengan itu saya bisa belajar sesuatu. Bukankah itu salah satu esensi hidup?

C. Mengkritik dan Menyikapi Kritik


C.1. Tentang Mengkritik

Mengkritik itu bisa disebut mudah, "Alah, pandainya cuma mengkritik." Begini:

  1. Kalau Anda menemukan seseorang melakukan sesuatu yang Anda anggap tidak benar, dan hal itu berpotensi menimbulkan kerugian kepada dirinya sendiri dan bahkan orang lain, misalnya penyampaian informasi yang tidak benar atau tidak tepat cara penyampaiannya, apakah Anda akan diam saja? Kalau jawabannya "Iya.", maka, baiklah, saya mungkin berenang di sisi kolam yang salah.
  2. Kalau Anda, tanpa sadar dan maksud tertentu menyebarkan berita atau informasi yang dirasa tidak benar baik keseluruhan atau sebagiannya oleh seseorang, apakah Anda akan memusuhi seseorang itu jika dia mempertanyakan kebsahan berita atau informasi yang Anda sampaikan? Kalau iya, saya merasa kasihan pada diriku sendiri.
  3. Apakah Anda akan menganggap orang yang mengkritik, mengkoreksi, mempertanyakan pendapat, berita, informasi yang Anda sampaikan sebagai orang yang negatif (sok pandai, dan sebagainya)? Kalau iya, mungkin cangkir Anda kepenuhan. Ayoo, diminum dulu kopinya.

C.2. Tentang Eleganitas

Elegan, adalah kata yang tidak saya pahami sepenuhnya. Bahkan termasuk kata yang bisa dibilang hampir tidak pernah saya pakai dalam berkomunikasi, mungkin level saya belum sampai ke sana, mungkin itu levelnya Pak SBY.

Baiklah, saya telah mencari maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring, dan di sana disebutkan bahwa elegan termasuk adjektiva (kata sifat), dan maknanya adalah "anggun dan luwes (tentang penampilan); elok; rapi".

Saya tidak puas, karena itu tidak menjelaskan makna, hanya sinonimnya saja. Lalu saya mencari arti kata "anggun", artinya, "apik dan berwibawa (tentang bangun, tingkah laku, gaya, dan sebagainya)" dan "luwes", yang mana memiliki dua arti: 1) pantas dan menarik; elok; dan 2) tidak kaku; tidak canggung.

Berikut potongan layar dari Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring terkait.

Sampai di sini saya sudah merasa cukup puas. Jadi, kritik yang elegan mungkin maksudnya adalah kritik yang pantas dan menarik, serta tidak canggung dan tidak kaku. Nah, tetap saja itu tidak menjawab pertanyaan saya, karena saya tidak merasa telah melakukan sesuatu yang tidak elegan saat mengkritik (dengan asumsi bahwa saya memang telah melayangkan sebuah kritikan), atau pemahaman saya tentang arti kata elegan dan sinonimnya yang tidak benar, di sini saya membuka ruang kepada bang @muktaridha untuk menjelaskan kepada saya.

C.3. Tentang Menghadapi Kritik

Kalau seseorang tersinggung kepada kritik, saya justru menyarankan agar beliau itu belajar untuk menghadapi kritik dengan elegan, dan sangat penting agar jangan membawa sensitivitas emosi saat yang dituntut darinya adalah kejernihan logika, tinggalkan rasa sensi di luar kolam, misalnya. Mungkin itu salah satu lagi etika dari trilyunan pangkat miliyaran etika tidak tertulis di Steemit ini. Tetap BELAJAR.

D. Glosari


E. Terimakasih


Terimakasih telah meluangkan waktu singgah dan mengomentari. Saya minta maaf saat ini tidak bisa mensupport teman-teman yang mengomentari artikel saya karena stamina voting saya yang sudah amat rendah karena belakangan ini saya memang lumayan bergairah dalam mengupvote.

Segala masukan akan menjadi pelajaran berharga bagi saya dan saya harap mampu menambah isi kepada canggkir saya.

Jangan sungkan mengomentari, dan saya TIDAK ANTI KOMEN PANJANG, ukurabn bagi saya bukan hal utama, tetapi isinya yang penting. Tetapi jika itu layak dijadikan artikel, buat saja itu sebagai artikel Anda dan lekatkan tautannya di bilah komentar dan/atau mention saya di artikel tersebut (perhatikan untuk menulis nick dengan benar).

Bergabunglah Dengan
Kota @neoxian di Discord
Slot kosong.
From Indonesia With L💜VE


@aneukpineung78 | Telegram Saya

Sort:  

Banyaknya ilmu ataupun tingginya jabatan seharusnya membuat pemiliknya semakin bijaksana, bukan malah menambah besarnya kepala.

Semua orang pasti menghadapi tantangan itu, saya rasa begitu, @hmi.peduli.
Terimakasih sudah singgah.

Gambarnya baguss :)

Saya senang sekali. Akhirnya ada juga ysng memperhatikan gambar itu. Bikinnya 2 jam lho. Haha.

Aku suka memperhatikan hal-hal yang tidak diperhatikan oleh orang lain

Sedikit faham tentang ini karena saya juga ada disana waktu itu, tapi harapan saya semoga semua tetap satu karena kita satu Indonesia.. Demi tujuan bersama sukses di steemit. Semoga gesekan-gesekan kecil bisa berbalik menjadi semangat untuk tetap berbenah.

@dwiitavita, saya tidak mrenganggap ini 'gesekan' atau apapun yang konotasinya negatif begitu. Saya hanya meminta hak saya akan sebuah klarifikasi, tak lebih. Semoga bang @muktaridha juga bisa menyikapinya demikian.

Terimakasih sudah singgah, ya. ☺Salam hangat, saya dengar di Taiwan sedang musim bunga Tung, atau disrhut juga "salju di bilan April", tapi ini sudah Mei, ya? 😊


Gambar kiriman teman via Telegram. Dipergunakan dengan izin.

hahahaha...
saya suka tulisan ini @aneukpineung
gaya bahasanya menarik ada unsur komedi nya.
saya tidak bermaksud mencampuri masalah yang timbul di postingan ini, tapi saya hanya menyikapi penulisannya.
mantap,,,
artikel yang bagus

Saya tidak yakin spakah ini bisa disebut bagus, tapi pastinya ini panjang, bang, lebih 1400 kata. Haha.

buat saya bagus, ada unsur lucunya. saya suka
hehehe

Padahal ini sudah kugapus tadi. Haha. Tapi ya sudahlah.

Ya, ada dua jenis orang memandang hidup:
-pemuram melihat hiduo ini sebagai tragedi, dan
-pemikir melihat hidup ini sebagai lelucon.
Lalu saya yang mana? Mungkin itu pertanyaan yang paling relevan. Saya pikir, saya adalah pemikir yang murung, di mana hidup adalah rangkaian tragedi yang menimbulkan tawa. Haha.

Terimakasih bang @tfq86, atas responsnya.

Saya tidak yakin spakah ini bisa disebut bagus, tapi pastinya ini panjang, bang, lebih 1400 kata. Haha. Kalau saja Steemit membayar pengguna per karakter, munkin aku dan bang @el-nailul bisa cepat punya dana untuk pergi ekspedisi ke planet Plunus, sebab kami berdua memang jagonya membual. Hahah.

hahahahah...
bereh @aneukpineung

Oya. Pak Guru @tfq86 juga jago. Mungkin kita bisa pergi bertiga. 😂😂

hahahah
you have good sense of humour
i like it brother @aneukpineung

Sejatinya kita ingin postingan kita dikomentari oleh orang lain mencakupi dua aspek, yaitu kritik dan saran, bukan hanya bahasa setuju saja (seperti voting anggota dewan). Namun sangat sedikit yang melakukan itu.
Terlepas dari panjang atau pendeknya komentar sangat tergantung pada item yang dikomentari. Terkadang diperlukan analisis narasi untuk pendukung kritik.
Jadi tidak selamanya komentar yang panjang itu salah.
Elegan atau tidaknya komentar juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengolahan kalimat oleh komentator ybs, jadi, hal tersebut sangat relatif.

Tapi berhubung kasus semalam, kembali saya ulangi postingan yang bagus teman.
Hahahahahahaha
Santai bacut e aduen @aneukpineung78

Elegan atau tidaknya komentar juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengolahan kalimat oleh komentator ybs, jadi, hal tersebut sangat relatif.

Ya, bang @lamkote, dan juga dipengaruhi oleh sikap dan pandangan pembaca. Karena ketidakpastian ukuran elegan itulah maka saya meminta konfirmasi.

Terimakasih bang @lamkote, saya setuju sepenuhnya dengan komentar abang. Saya pribadi memang lebih menyukai kritik dan bantahan. 😊

Itu pakek pesan "santai bacut", coba baca lagi artikel ini, mau santai gimana lagi?? 😂😂

Hahahahaha, nyan kon haba peukaru mantong hai aduen @aneukpineung78. Sudah habis saya baca, makanya komentar saya tadi hanya sampai di atas. selebihnya tugas pembaca lain yang komentari. Sayangnya komunikasi abang terputus, Kalau saja di jawab mungkin akan lebih seru dan akan ada titik terang

Ya. Harapan saya juga begitu. Agar di steemit ini kita tidak hanya bersenang-senang sesuka hati sambil mengabaikan hak orang lain. Ini sebenarnya bukan etika di Steemit, tapi di dalam kehidupan di luar Steemit juga harusnya demikian.

Terimakasih lagi, bang @lamkote.

Saya kehabisan kata-kata untuk mengomentarinya. Karena saya tidak ada di TKP. 😂.
Tgk @muktaridha lagi di luar daerah. Kalo uda plg kita ajak ngopi. Kiban tgk bereh 😂😂 hehe

TKPnya ngga kemana-mana. Lagian sudah saya dokumentasikan dalam bemtuk tangkapan layar dan saya sertakan di dalam artikel. Ini saya lakukan agar masalahnya jelas sejelas-jelasnya. Haha.

Saya hanya bisa wait and see. 🙌

Yes!
Terimakasih sudah singgah, bang @achieymasrur.
Nanti kalau bang @muktaridha sudah pulang dari "luar daerah", katakan saya kirim salam. Perkara ngupi, itu hal kecil saja. Palingan cuman ngabisin 2SBD, itupun sudah maksimal bagi kita bertiga nongkrong di cafe elite, meskipun semuanya congok-congok sekalipun. Haha. Masalahnya adalah tentang menemukan waktu yang tepat yang bisa dipenuhi oleh semua partisipan. 😀😀

Semoga aja nanti kapan-kapan waktu mempertemukan kita.

Brrt tgk @muktaridha belum nanggepin yak. Duh sabar bung @aneukpineung78 😂. Dalam hal ini, ane gada saran soalnya hehe.

Ente slalu kapan". Haha.
Untung saja ane lagi di luar jangkauan, jadinya tidak terlalu memikirkan kata kapan2 itu 😂😂😂

Ha! Saya memang sabarnya setengah mati, setengah lagi mati-matian. 😊

Jangan dipikirkan. Hal-hal beginian biar waktu yang menjawab. Serigngkali rencana malah batal, tidak rencana malah jadi. ☺☺

Haha ok siap bung @aneukpineung78
😹😹😹

Kami sudah upvote dan resteem ke 6840 follower ya.. (Secuil kontribusi kami sebagai witness pada komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)

Saya melihat @aneukpineung78 telah membuat jalan alternatif bagaimana seharusnya kritik dan menanggapi sebuah kritik diberikan dan point utama yang hendak diusung dalam tulisan ini adalah uraikan pandangan secara rinci paling tidak dengan begitu seseorang bila lebih memahami apa yang kita inginkan. Jangan memberikan pandangan ambigu yang membuat kita tanpak abu-abu. Bersteemit dengan riang itulah yang ditawarkan

Itu hanya pendapat pribadi saya saja, @farrohahulfa.
Terimakasih sudah mampir, ya.

mantap,,, d tunggu ilmu selanjutnya

Loading...

Assalamualaikum
Terima kasih atas keramahan izin komen dari saudara @aneukpineung78
Komen serius :
‌1. Saya dapat ilmu baru dari tulisan ini.
‌2. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya
‌3. Saling mengingatkan, rendah hati dan sabar

Komen humor :
‌1. Tulisan ini mirip proposal kalo saja ada daftar isi ,rincian biaya ,dan penutup( mungkin karena saya kurang baca dan kurang ilmu )
‌2. Semoga proposal komen saya diterima menjadi tulisan @aneukpineung78 pada edisi selanjutnya ( ngarep ...wkwkkw...)
‌Demikianlah proposal komen ini dibuat, dengan waktu lebih lama dari semua komen yang pernah di buat @pupu93

Terima kasih, Salam Silaturrahmi

Salam, @pupu93.
Terimakasih cara mengkomennya uniq. Ucapan terimakasih atas ijin komen pasti meerujuk ke bagian penurtup artikel tersebut,

Terimakasih kepada siapa saja yang telah singgah dan meninggalkan reaksinya terhadap tulisan ini. Segala masukan akan menjadi pelajaran berharga bagi saya dan saya harap mampu menambah isi kepada canggkir saya.

Itu bukan tanpa alasan. Itu terkait tulisan saya sebelumnya yang mengulas tentang komen yang baik dan buruk, yang mungkin saja dipahami rancu jika tidak dibaca dengan teliti. Di sana orang yang tidak teliti membaca atau malah tidak benar-benar membacanya bisa berkesimpulan bahwa saya anti komentar panjang. Padahal justru sebaliknya, ukuran bukan masalah bagi saya, yang pentingg itu isinya.

Tanggapan untuk komen yang serius:

  1. Syukur kepada Tuhan kalau tulisan saya dianggap beermanfaat;
  2. Ya. Saya juga selalu berusaha untuk mengambil hikmah dalam kejadian tersebut. Tetapi kita tetap manusia yang memiliki batasan-batasan. Sering pandangan kita teerkaburkan oleh sesuatu, dan proses belajar kadangkala juga mengambil waktu yang tidak singkat!
  3. Ya. Tetapi reaksi orang juga bisa berbeda melihat hal tersebut. Ini kembali lagi memiliki hubungan yang sangat erat dengan ukuran kepala, saya rasa begitu.

Tanggapan untuk komentar humor:

  1. Saya melakukannya demikian mungkin punya pengaruh erat kepada kerja-kerja saya di masa lalu yang mengharuskan saya membuat laporan-laporan kerja terpeerinci mirip demikian. Ya swperti nukis buku mini, lah.
  2. Setiap artikel memiliki tema tertentu, dan pasti juga inforaamsi-informasi yang berbeda, dan karenanya ini mengarah kepada dipengaruhinya anatomi tulisan. Jadi proposal @pupu93 itu, mungkin cocok untuk jenis tulisan tertentu.

Terimakasih telah meluangkan waktu singgah dan mengomentari. Saya minta maaf saat ini tidak bisa mensupport teman-teman yang mengomentari artikel saya karena stamina voting saya yang sudah amat rendah karena belakangan ini saya memang lumayan bergairah dalam mengupvote.

☺☺

Kembali kasih sobat telah membalas dengan sepenuh hati, karena saya kebiasaan nangis kalo komen saya tidak di balas ( ahahaha )!
baidewe ..bener ya @pupu93 masuk trending topik @aneukpineung78 edisi yang akan datang :D

Haha. Iya tuh. Sedih sih kalo komentsr kita tidak dibalas. Perasaan jadi kaya apa ya, sejenis sesuatu yang ngga ada harganya, padahal kita sudah mikir habis-habisan berusaha menghadirksn komentar terbagus yang kita mampu, tetapi ternyata kita masih berada di luar lingkaran selera sang empunya artikel. Ya sudah, terima nasib saja, lah. 😊 Atau husnujon saja: si empunya artikel tidak melihat komentar kita karena kesibukan atau alasan-alasan lain semisal "ngga level". 😀

Hal sama berlaku pada saya jika setelah susah-susah menulis artikel yang mengandung hampir 1.500 kata ini, dan saya persembahkan kepada bang @muktaridha, eh, ternyata artikel saya ini malah diabaikan oleh beliau. Itu kejam sekali, ya ngga? 😢😭

Haha. Yang terakhir itu saya tidak janji. Kecuali @pupu93 melakukan sesuatu yang menggugah selera saya. 😂😂

Terimakasih ya, dan selamat menyambut malam.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 60385.11
ETH 2889.75
USDT 1.00
SBD 3.65